Senin, 13 Agustus 2012

Hijrah

Ubek2 tulisan lawas, nemu artikel yang belum sempat tak publish ini. Semoga layak untuk dibaca dan bermanfaat.. *_~ check it out!

Be your self!
Kalimat itu menyemangati kemerdekaan seseorang untuk menjadi dirinya sendiri. Tak perlu lagi ia khawatirkan apa maunya orang pada dirinya. Just the way you are! Kata Bruno Mars.
Namun, terkadang ditemukan dalam ruang terdekat interaksi kita, ada orang-orang yang mengharapkan sesuatu yang tidak ada dalam diri kita. Istilahnya, Nggak kita banget gitu loh!.
Adakalanya kita sebal. Mengapa mereka tidak membiarkan saja kita seperti apa adanya, mengapa mereka terlalu banyak menuntut? Lalu dengan dramatis kita mengatakan kepada mereka,”Terimalah daku apa adanya!”.

Akan tetapi, hidup di tengah kehidupan sosial mengharuskan seseorang dapat melihat dari sisi orang lain. Keegoan diri akan dapat menimbulkan masalah-masalah kecil dalam interaksi yang diharapkan harmonis. Adakalanya kita harus berubah. Bukan untuk mereka yang menuntut kita begini – begitu, tapi untuk diri kita sendiri. Barangkali dengan potensi kita yang sekarang kita hanya bisa mendaki bukit, namun dengan melakukan sedikit perubahan atau pengembangan pada diri kita ternyata kita sanggup mencapai puncak gunung tertinggi.

Anda mungkin mengenal cerita-cerita ini,

Seorang pria biasa dari Jepang, Kotaro Minami, seatu ketika merubah dirinya menjadi Ksatria Baja Hitam. Setelah itu  ia berhasil mengalahkan monster-monster yang mengganggu kota.
jagoan masa kecilq >.<

Seorang wartawan di sebuah kota bernama Smallville merubah dirinya menjadi Superman, dan kemudian ia berhasil mencegah bumi dikuasai oleh makhluk jahat dari luar angkasa.
ganteng yahh... hehe

Hehe, bukan berarti kita juga harus berubah menjadi manusia-manusia super versi khayalan anak-anak itu. Namun satu pelajaran yang dapat diambil barangkali adalah bahwa terkadang kita butuh melakukan suatu perubahan pada diri kita agar dapat melakukan sesuatu yang lebih hebat dalam hidup ini. Misalnya, seorang pemalas yang miskin tiba-tiba ingin menjadi orang kaya. Secara nalar, hal itu hanya akan menjadi mimpi si miskin kecuali dia mau berjuang untuk mencapainya. Barangkali ia akan bekerja keras mencari uang, mencuri, atau menikah dengan orang yang kaya raya. Yang jelas mimpinya itu tidak akan dengan mudah diwujudkan jika ia hanya pasrah menunggu takdir dan bermalas-malasan.

Dalam kehidupan nyata, kita mengenal banyak entrepreneur muda yang atas izin Allah mampu menjadi sukses karena mereka mau berubah. Seorang Ipho Santosa yang dulu tidak pandai berkomunikasi kini menjadi inspirator sukses yang mengisi banyak seminar di Indonesia. Bob Sadino, pelopor ternak ayam impor di Indonesia, berhasil menggapai kesuksesannya setelah ia berani memilih keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai. 

Perubahan dapat menjadikan yang miskin jadi kaya, yang bodoh jadi pandai, yang nakal jadi sholeh. Namun perubahan juga bisa menimbulkan efek sebaliknya, yang kaya jadi miskin, yang pandai jadi bodoh, yang soleh jadi nakal. Sebagaimana cerita tentang seorang pemalas yang miskin tadi, bisa jadi ia akan berjuang mewujudkan mimpinya dengan cara yang halal seperti yang dilakukan Ipho atau Bob Sadino, atau justru memilih jalur kriminal atau yang berbau syirik. 

Maka agar tidak menjadi multipersepsi dan sudut pandang kita menjadi sama tentang perubahan yang benar-benar kita inginkan, yaitu perubahan yang positif, maka perkenankan saya memperkenalkan istilah ‘Hijrah’ untuk menggantikan kata ‘perubahan’. Sebagaimana Rosulullah saw hijrah dari Mekah menuju Madinah untuk memperlancar dakwah islam, atau hijrahnya seorang pembunuh yang telah membunuh 100 nyawa menuju tempat yang lebih sholeh untuk bertaubat, maka kita juga butuh hijrah meninggalkan keburukan-keburukan kita untuk menuju pribadi yang lebih sholih dan bermutu. 

Umar bin Khotthob r.a. sebelum masuk islam adalah seorang jahiliyah yang amat keras memusuhi Rasulullah saw dan para pengikutnya. Beliau r.a juga pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya. Namun ketika hidayah Allah menyapa, Ia berubah menjadi orang yang sangat mencintai Rasulullah saw, kelembutan hatinya tak dapat diragukan, kedermawanannya bahkan hanya dapat dikalahkan oleh Abubakar r.a. Meskipun demikian, kepribadian beliau yang keras itu tak begitu saja hilang dari dirinya. Dikisahkan, bahkan jin dan syaitan pun takut ketika mendengar langkah kakinya mendekat, saking kerasnya beliau terhadap para musuh Allah.

Cukup satu kisah Umar untuk menggambarkan bagaimana perubahan itu seharusnya. Taubatan nasuhah membawanya meninggalkan segala perilaku jahiliyah dan beralih kepada akhlaqul karimah. Akan tetapi sifat keras yang menjadi ciri khasnya tetap tidak memudar. Ahli Syurga itu telah berhasil mengolah sifat yang dulu begitu kejam terhadap kaum muslimin menjadi sebuah kekuatan  untuk melindungi  Nabi saw dan kaum muslimin saat itu dari kedholiman kafir Quraisy yang gencar melakukan aniaya dan tipu muslihat.

Maka mulailah memilah dan muhasabah. Dalam keheningan 1/3 malam, dalam sujud yang panjang, ketika yang ada hanyalah engkau dan Allah Yang Maha Penyayang. Bermohonlah pada Ia Yang Maha Tahu untuk membukakan segala keburukanmu. Tak perlu malu akan ada orang yang mencemoohmu, karena hanya engkau dan Allah yang tahu. Lalu mintalah Ia Yang Maha Pemaaf agar berkenan mengampunkan segala keburukan itu dan berazzamlah untuk bertaubat dan menjadi pribadi yang baru, bermutu, dicintai oleh Allah.

''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah Maha Tahu dengan apa yang kamu perbuatkan''. (QS. Al-Hasyar: 18)

Tidak ada komentar: