Minggu, 20 November 2011

Muthmainnah

Keimanan itu dikisahkan akan selalu naik dan turun.
Keimanan itu adalah yang ada di dalam hati.
Ketika hati mulai diajak mengacuhkan kalimat-kalimat Tuhan, ia perlahan menjadi tuli. Ketika hati mulai diajak berpaling dari kebenaran, perlahan cahayanya meredup. Ketika ia mulai diajak menyepelekan hal-hal kecil, ia beranjak membeku. Lalu ia pun mulai enggan menghadiri majelis dzikir, menutup telinga dari nasihat-nasihat, maka bertambah tebal dinding yang menghalanginya dari kebenaran.

hanya segelintir orang yang sanggup kembali setelah keadaan hati menjadi begitu akut. Segelintir orang itu apakah termasuk Anda dan saya? Sebesar apa persentase kemungkinannya itu bergantung kita. Karena dari dinding yang telah membentengi hati itu masih ada celah kecil yang masih sanggub ditembus cahaya. Biarkan ia masuk memberikan energi untuk mencairkan hati yang telah membeku, lalu bersiap-siaplah untuk menghancurkan benteng kesombongan itu.

Suatu ketika, mata mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata hikmah, hati mulai terasa teremas-remas merasakan emosi yang dalam dari sebuah kalimat..

subhanaLlah.. semoga keberkahan diberikan kepada mereka yang telah berhasil membuat para pemilik hati terlarut dalam renungan yang mengesankan bersama Tuhannya

"Wahai jiwa-jiwa yang tenang...", (Al-Fajr 27)
sungguh merindu sapaan lembut itu..
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya!", (Al-Fajr 28)
ketika telah letih dengan hiruk pikuk duniawi ..
"Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu" (Al-Fajr 29)
"Masuklah SyurgaKu!" (Al-Fajr 30)
betapa menakjubkan sambutan itu

Yaa Muqollibal Quluub, Tsabbit Quluubanaa 'alaa diiniKa