Senin, 30 Juli 2012

Ending


Kullu nafsin dzaa-iqotul maut. Setiap jiwa akan merasakan kematian
akan berakhir seperti apakah kita? 

Alangkah merugi, jika di masa terakhir hidup ini yang terucap bukanlah kalimah thoyyibah, jika di penghujung perpisahan jasad dari raga ternyata kita tidak dalam keadaan beriman, jika pada masa yang tak mampu ditawar-tawar itu amalan2 yang pernah kita lakukan terhapus dan tertolak..

tidak ada yang tahu apakah kita akan mati dalam keadaan beriman
Ya Allah, sungguh aq tidak tahu apa yang akan terjadi esok, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran diri.

Robbanaa Laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaytana.. wa hablanaa min ladunka rohmah, innaka anta Al Wahhab 

Aku bersyukur hari ini masih dapat menghirup udaraMu, aku bersyukur masih berkesempatan menambah amalanq, aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertaubat, meminta maaf pada hamba2mu, berbuat sesuatu untuk dunia, mohon bimbinganMu Ya Robb.

maka pilihlah :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali Imron: 133-134)

atau
 
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". [Al Mukminun: 99-100]



karena kita tidak tahu kapan akan tiba giliran kita   .



Minggu, 15 Juli 2012

Prayer

Baru – baru ini aq sedang sibuk berdo’a. Ada sesuatu yang begitu ingin aq selesaikan segera. Sesegera mungkin! Lalu aku tahu hanya Allah yang dapat membantuku, maka aq berdo’a, lebih sering dari biasanya.

Namun ada yang membuatku tersentak dan malu. Malam itu aq membaca sejarah perjuangan sang Tauladan abadi, RasuluLlah saw. Sampai pada bab di mana RasuluLlah mencoba berdakwah ke Thaif sepeninggal dua sosok terkasihnya, Khadijah ra dan pamannya Abu Tholib. Saat itu bukan sambutan hangat yang diterima Rosul dari kaum Thaif, melainkan suatu penolakan dan perlakuan kasar. Hingga suatu ketika beliau bernaung di sebuah kebun milik Utbah bin Robi’ah untuk berlindung dari lemparan batu kaum Thaif. Saat itu Beliau berdo’a :

“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”


Aq terhenti membaca sirohnya, mengulang2 membaca do’a yang beliau panjatkan. Betapa luhurnya beliau, betapa santunnya beliau, betapa tawadhu’. Perhatikanlah beberapa adab berdo’a yang kupelajari secara langsung dari beliau saw. :
  1. Ya Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Kalimat itu menunjukkan kerendahan hati sosok mulia itu, pengakuan bahwa dirinya lemah di hadapan Sang Pemilik Kekuatan.
  2. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Adalah sebuah pujian dan pengagungan asma Allah, yaitu kepada siapa RosuluLlah meminta.
  3. Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Menunjukkan kepasrahan dan kesyukuran atas segala yang Allah kehendaki, karena sesungguhnya hanya Allah lah Yang Maha Berkehendak, dan hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambaNya.
  4. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Menunjukkan rasa takut pada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu
  5. Dan diakhiri kembali dengan pengakuan kelemahan diri, "Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu."

Tentu kita tahu bahwa RosuluLlah adalah seorang yang apabila berdo’a tentu akan Allah kabulkan do’anya, namun Beliau tetap tawadhu’ dengan kelemahan dirinya di hadapan Allah Ta’ala.

What about me?
Tiap kali berdo’a selalu berharap agar do’aq segera diijabah kontan! Kalau perlu pake bunga!!! Selalu lupa bahwasanya Allah telah memberikan begitu banyak karunia yang jika ditukar dengan segala amalanq tentu akan membuatku berhutang. Dan parahnya, aq selalu mengharapkan do’aq segera diijabah sedangkan aq tidak juga bersegera memenuhi kewajibanq sebagai hambanya, tidak bersegera bertaubat, tidak bersegera beramal kebaikan, astaghfiruLlahal’Adziem.

Begitu sombong
Yang aq rasakan pada diriq setelah itu adalah kesombongan. Ibaratnya seorang budak yang ingin agar tuannya memenuhi segala kebutuhannya sedangkan dirinya tidak bersegera menunaikan kewajibannya sebagai budak, tidak menjaga nama baik tuannya, tidak berbaik prasangka, tidak berterima kasih, tidak memuji, bahkan tidak takut kalau sewaktu-waktu dia akan dihukum sedangkan tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya. Padahal dia tahu bahwa tuannya adalah seorang yang baik dan adil tiada tara, namun dapat mengeluarkan murkanya kapan saja jika dia bersalah.

Semoga tidak banyak orang yang seperti aq, mudah-mudahan hanya aq orang yang tidak tahu sopan santun ketika meminta sesuatu kepada Dzat Yang Maha Berkehendak. Mudah-mudahan. Dan saat ini satu-satunya orang itu sedang belajar untuk menjadi budak yang baik. Karena saya tidak ada apa-apanya jika tanpa perlindungan-Nya.
Ihdinashiroothol mustaqiem

Lalu, mengapa do’a tidak segera dikabulkan?
Sebagai tambahan, saya merasa perlu untuk menyampaikan pendapat saya tentang ini. Mengapa do’a qt tidak segera dikabulkan? Bukankan Allah berfirman : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin: 60)? Apakah Allah lupa pada janji-Nya? Segeralah beristighfar jika ada terbersit dalam pikiran qt tentang itu. 
Kawan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa, yaitu dengan mengatakan, ‘Aku telah berdoa namun tidak dikabulkan’”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Jadi bersabarlah, tetap berhusnudzon kepada Allah. Barangkali Allah hendak menghapuskan dosa2mu dengan memberimu beberapa musibah. Barangkali Allah hendak menaikkan level ketaqwaanmu dengan member ujian2 kehidupan. Barangkali Allah memberikan yang lebih baik bagimu daripada yag kamu inginkan. Barangkali Allah hendak menghindarkanmu dari keburukan yang mungkin akan terjadi jika do’amu dikabulkan. Allah Maha Tahu, sedangkan qt tidak tahu apa2.
Jadi ketika qt telah mengupayakan waktu terbaik dan adab terbaik dalam berdo’a, maka yang selanjutnya qt lakukan adalah ikhtiar dan tawakkal.
WaLlahu A’lam bishowab