Minggu, 03 April 2011

Go Green dg Bank Sampah

Masalah sampah telah menjadi kecemasan yang mengglobal. Akibat ketidaksadaran lingkungan yang lambat didiagnosa tentang pencemaran lingkungan itu telah fatal memberikan status kritis pada bumi yang kita cintai. Yang nyata-nyata terlihat adalah pemanasan global yang menyebabkan tidak stabilnya kondisi cuaca saat ini. Contoh lain yang sangat akrab adalah banjir yang seolah sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, serta bau dan tumpukan sampah yang kerap menjadi sarang tikus dan penyakit.


Beberapa saat yang lalu saya berkunjung ke sebuah tempat mungil yang unik. Tumpukan sampah berjejer di depan bangunan itu. emmm lebih tepatnya bukan tumpukan sampah, tapi jemuran sampah.

Rupanya sampah-sampah itu adalah sampah yang telah dibersihkan dan memang sengaja dikeringkan. Lebih jauh lagi saya bertanya ke seorang ibu yang sedang sibuk memilah sampah. Namanya Maisah, rumahnya berada tepat di depan bangunan mungil yang saya kunjungi. “Ada beberapa orang lagi mbak yang bertugas memilah sampah seperti ini”, begitu jawabnya ketika saya bertanya tentang aktivitasnya. Lantas beliau menawarkan diri untuk memanggil teman-temannya yang lain. “Mboten usah Bu, saya ngobrol sama Njenengan saja”, tolak saya pada wanita kelahiran Sampang Madura itu.

Begitulah, Bu Maisah adalah satu dari karyawan perusahaan unik yang bernama Bank Sampah Perahu Layar di Jl. Kalilom Timur V Kenjeran Surabaya. Bank sampah itulah yang saat itu saya kunjungi. Bagi saya, bank ini sangat unik dan menginspirasi. Di saat kita mulai bingung dengan keberadaan sampah di lingkungan kita, bank sampah ini mampu menjadi solusi. Layaknya bank yang kita kenal, bank sampah ini juga memiliki nasabah yang rutin menyetorkan tabungan sampahnya. Sampah-sampah yang ditabungkan akan dihargai berdasarkan jenis sampah yang mereka setorkan. Untuk itu para nasabah ini memiliki buku tabungan layaknya nasabah di bank-bank pada umumnya.
Sampah-sampah yang telah terkumpul akan dipilah dan dikumpulkan dalam gudang penyimpanan. Setelah memenuhi kuota, sampah-sampah itu akan dijual ke pengepul maupun pengrajin sampah. Dari situlah bank ini mendapatkan uang untuk menghargai sampah dari para nasabah.
“Sekarang lingkungan jadi lebih bersih, sampah-sampah yang dibakar juga menjadi lebih sedikit”, ujar salah seorang pengurus Bank Sampah Perahu Layar. Namun bukan tanpa hambatan para pengurus yang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu RT ini mengelolanya. Cemoohan kerap mereka dapatkan dari warga, “Wah, bu RT sekarang jadi pemulung”, begitu salah satu cemoohan yang kerap mereka terima. Namun layaknya angin lalu, cemoohan itu tak membuat mereka patah arang. Seiring berjalannya waktu, usaha mereka pun mulai diakui. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 30-an nasabah yang terdaftar.
Selain menjadi solusi terhadap masalah sampah, keberadaan bank sampah ini rupanya juga mampu membuat masyarakat menjadi lebih produktif. Ibu Maisah misalnya, beliau mengaku tidak lagi menjadi pengangguran di rumah semenjak menjadi pemilah sampah di Bank Sampah.
“Bulan April ini kami akan sibuk dengan pelatihan-pelatihan pengolahan sampah,” tutur Deltu, relawan PKPU yang mendampingi program Bank Sampah ini.
“Kelak sampah dari nasabah tidak hanya akan kita jual namun juga akan kita olah sendiri menjadi barang ekonomis dan bernilai guna,” lanjutnya.
Dengan demikian, Bank sampah tidak hanya menjadikan lingkungan semakin bersih, namun juga mampu membuat memasyarakat menjadi lebih produktif.
Bagaimana, Anda terinspirasi?
Program ini rupanya telah dilirik berbagai perusahaan besar. Melalui PKPU, sebuah NGO nasional yang telah teregister di PBB, perusahaan-perusahaan besar itu mengungkapkan ketertarikannya untuk bekerja sama dalam pembuatan program yang serupa.

Tidak ada komentar: