Ubek2 tulisan lawas, nemu artikel yang belum sempat tak publish ini. Semoga layak untuk dibaca dan bermanfaat.. *_~ check it out!
Be
your self!
Kalimat itu menyemangati kemerdekaan
seseorang untuk menjadi dirinya sendiri. Tak perlu lagi ia khawatirkan apa
maunya orang pada dirinya. Just the way
you are! Kata Bruno Mars.
Namun, terkadang ditemukan dalam ruang
terdekat interaksi kita, ada orang-orang yang mengharapkan sesuatu yang tidak ada
dalam diri kita. Istilahnya, Nggak kita
banget gitu loh!.
Adakalanya kita
sebal. Mengapa mereka tidak membiarkan saja kita seperti apa adanya, mengapa mereka
terlalu banyak menuntut? Lalu dengan dramatis kita mengatakan kepada
mereka,”Terimalah daku apa adanya!”.
Akan tetapi, hidup di tengah kehidupan
sosial mengharuskan seseorang dapat melihat dari sisi orang lain. Keegoan diri
akan dapat menimbulkan masalah-masalah kecil dalam interaksi yang diharapkan
harmonis. Adakalanya kita harus berubah. Bukan untuk mereka yang menuntut kita
begini – begitu, tapi untuk diri kita sendiri. Barangkali dengan potensi kita
yang sekarang kita hanya bisa mendaki bukit, namun dengan melakukan sedikit
perubahan atau pengembangan pada diri kita ternyata kita sanggup mencapai
puncak gunung tertinggi.
Anda mungkin mengenal cerita-cerita
ini,
Seorang pria biasa dari Jepang, Kotaro
Minami, seatu ketika merubah dirinya menjadi Ksatria Baja Hitam. Setelah itu ia berhasil mengalahkan monster-monster yang
mengganggu kota.
jagoan masa kecilq >.<
Seorang wartawan di sebuah kota
bernama Smallville merubah dirinya menjadi Superman, dan kemudian ia berhasil
mencegah bumi dikuasai oleh makhluk jahat dari luar angkasa.
ganteng yahh... hehe
Hehe, bukan berarti kita juga harus
berubah menjadi manusia-manusia super versi khayalan anak-anak itu. Namun satu
pelajaran yang dapat diambil barangkali adalah bahwa terkadang kita butuh
melakukan suatu perubahan pada diri kita agar dapat melakukan sesuatu yang
lebih hebat dalam hidup ini. Misalnya, seorang pemalas yang miskin tiba-tiba
ingin menjadi orang kaya. Secara nalar, hal itu hanya akan menjadi mimpi si
miskin kecuali dia mau berjuang untuk mencapainya. Barangkali ia akan bekerja
keras mencari uang, mencuri, atau menikah dengan orang yang kaya raya. Yang jelas
mimpinya itu tidak akan dengan mudah diwujudkan jika ia hanya pasrah menunggu
takdir dan bermalas-malasan.
Dalam kehidupan nyata, kita mengenal
banyak entrepreneur muda yang atas izin Allah mampu menjadi sukses karena
mereka mau berubah. Seorang Ipho Santosa yang dulu tidak pandai berkomunikasi
kini menjadi inspirator sukses yang mengisi banyak seminar di Indonesia. Bob
Sadino, pelopor ternak ayam impor di Indonesia, berhasil menggapai
kesuksesannya setelah ia berani memilih keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai.
Perubahan dapat menjadikan yang miskin
jadi kaya, yang bodoh jadi pandai, yang nakal jadi sholeh. Namun perubahan juga
bisa menimbulkan efek sebaliknya, yang kaya jadi miskin, yang pandai jadi
bodoh, yang soleh jadi nakal. Sebagaimana cerita tentang seorang pemalas yang
miskin tadi, bisa jadi ia akan berjuang mewujudkan mimpinya dengan cara yang
halal seperti yang dilakukan Ipho atau Bob Sadino, atau justru memilih jalur
kriminal atau yang berbau syirik.
Maka agar tidak menjadi multipersepsi dan sudut
pandang kita menjadi sama tentang perubahan yang benar-benar kita inginkan,
yaitu perubahan yang positif, maka perkenankan saya memperkenalkan istilah ‘Hijrah’
untuk menggantikan kata ‘perubahan’. Sebagaimana Rosulullah saw hijrah dari
Mekah menuju Madinah untuk memperlancar dakwah islam, atau hijrahnya seorang
pembunuh yang telah membunuh 100 nyawa menuju tempat yang lebih sholeh untuk
bertaubat, maka kita juga butuh hijrah meninggalkan keburukan-keburukan kita untuk
menuju pribadi yang lebih sholih dan bermutu.
Umar bin Khotthob r.a. sebelum masuk islam adalah seorang jahiliyah yang amat keras memusuhi
Rasulullah saw dan para pengikutnya. Beliau r.a juga pernah mengubur
hidup-hidup anak perempuannya. Namun ketika hidayah Allah menyapa, Ia berubah menjadi
orang yang sangat mencintai Rasulullah saw, kelembutan hatinya tak dapat
diragukan, kedermawanannya bahkan hanya dapat dikalahkan oleh Abubakar r.a.
Meskipun demikian, kepribadian beliau yang keras itu tak begitu saja hilang
dari dirinya. Dikisahkan, bahkan jin dan syaitan pun takut ketika mendengar
langkah kakinya mendekat, saking kerasnya beliau terhadap para musuh Allah.
Cukup satu kisah Umar untuk
menggambarkan bagaimana perubahan itu seharusnya. Taubatan nasuhah membawanya
meninggalkan segala perilaku jahiliyah dan beralih kepada akhlaqul karimah. Akan
tetapi sifat keras yang menjadi ciri khasnya tetap tidak memudar. Ahli Syurga
itu telah berhasil mengolah sifat yang dulu begitu kejam terhadap kaum muslimin
menjadi sebuah kekuatan untuk melindungi Nabi saw dan kaum muslimin saat itu dari kedholiman
kafir Quraisy yang gencar melakukan aniaya dan tipu muslihat.
Maka mulailah memilah dan muhasabah. Dalam keheningan 1/3 malam, dalam sujud yang
panjang, ketika yang ada hanyalah engkau dan Allah Yang Maha Penyayang. Bermohonlah
pada Ia Yang Maha Tahu untuk membukakan segala keburukanmu. Tak perlu malu akan
ada orang yang mencemoohmu, karena hanya engkau dan Allah yang tahu. Lalu
mintalah Ia Yang Maha Pemaaf agar berkenan mengampunkan segala keburukan itu
dan berazzamlah untuk bertaubat dan menjadi pribadi yang baru, bermutu, dicintai oleh Allah.
''Hendaklah setiap
diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah
diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah,
sesungguhnya Allah Maha Tahu dengan apa yang kamu perbuatkan''. (QS. Al-Hasyar:
18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar