Baru – baru
ini aq sedang sibuk berdo’a. Ada sesuatu yang begitu ingin aq selesaikan segera. Sesegera mungkin! Lalu aku tahu hanya
Allah yang dapat membantuku, maka aq berdo’a, lebih sering dari biasanya.
Namun ada yang
membuatku tersentak dan malu. Malam itu aq membaca sejarah perjuangan sang
Tauladan abadi, RasuluLlah saw. Sampai pada bab di mana RasuluLlah mencoba berdakwah
ke Thaif sepeninggal dua sosok terkasihnya, Khadijah ra dan pamannya Abu
Tholib. Saat itu bukan sambutan hangat yang diterima Rosul dari kaum Thaif, melainkan suatu
penolakan dan perlakuan kasar. Hingga suatu ketika beliau bernaung di sebuah kebun milik Utbah bin Robi’ah untuk
berlindung dari lemparan batu kaum Thaif. Saat itu Beliau berdo’a :
“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku
kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai
Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah
dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan?
Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang
akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak
kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan
mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau
turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan
kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
Aq terhenti membaca sirohnya,
mengulang2 membaca do’a yang beliau panjatkan. Betapa luhurnya beliau, betapa
santunnya beliau, betapa tawadhu’. Perhatikanlah beberapa adab berdo’a yang
kupelajari secara langsung dari beliau saw. :
- “Ya Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku
kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia”. Kalimat itu menunjukkan kerendahan hati sosok mulia itu, pengakuan bahwa
dirinya lemah di hadapan Sang Pemilik Kekuatan.
- “Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah
pelindungku!” Adalah sebuah pujian dan pengagungan asma
Allah, yaitu kepada siapa RosuluLlah meminta.
- “Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak
kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku”. Menunjukkan kepasrahan dan kesyukuran atas segala yang Allah kehendaki,
karena sesungguhnya hanya Allah lah Yang Maha Berkehendak, dan hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambaNya.
- “Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang
menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari
murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan”. Menunjukkan rasa takut pada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu
- Dan diakhiri kembali dengan pengakuan kelemahan diri, "Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas
perkenan-Mu."
Tentu kita tahu bahwa RosuluLlah
adalah seorang yang apabila berdo’a tentu akan Allah kabulkan do’anya, namun
Beliau tetap tawadhu’ dengan kelemahan dirinya di hadapan Allah Ta’ala.
What about me?
Tiap kali berdo’a selalu
berharap agar do’aq segera diijabah kontan! Kalau perlu pake bunga!!! Selalu
lupa bahwasanya Allah telah memberikan begitu banyak karunia yang jika ditukar
dengan segala amalanq tentu akan membuatku berhutang. Dan parahnya, aq selalu
mengharapkan do’aq segera diijabah sedangkan aq tidak juga bersegera memenuhi kewajibanq
sebagai hambanya, tidak bersegera bertaubat, tidak bersegera beramal kebaikan,
astaghfiruLlahal’Adziem.
Begitu sombong
Yang aq rasakan pada diriq
setelah itu adalah kesombongan. Ibaratnya seorang budak yang ingin agar tuannya
memenuhi segala kebutuhannya sedangkan dirinya tidak bersegera menunaikan
kewajibannya sebagai budak, tidak menjaga nama baik tuannya, tidak berbaik
prasangka, tidak berterima kasih, tidak memuji, bahkan tidak takut kalau
sewaktu-waktu dia akan dihukum sedangkan tidak ada seorangpun yang dapat
menolongnya. Padahal dia tahu bahwa tuannya adalah seorang yang baik dan adil tiada
tara, namun dapat mengeluarkan murkanya kapan saja jika dia bersalah.
Semoga tidak banyak orang yang
seperti aq, mudah-mudahan hanya aq orang yang tidak tahu sopan santun ketika
meminta sesuatu kepada Dzat Yang Maha Berkehendak. Mudah-mudahan. Dan saat ini
satu-satunya orang itu sedang belajar untuk menjadi budak yang baik. Karena
saya tidak ada apa-apanya jika tanpa perlindungan-Nya.
Ihdinashiroothol mustaqiem
Lalu, mengapa do’a tidak
segera dikabulkan?
Sebagai tambahan, saya merasa
perlu untuk menyampaikan pendapat saya tentang ini. Mengapa do’a qt tidak segera dikabulkan? Bukankan
Allah berfirman : “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin: 60)? Apakah Allah lupa pada
janji-Nya? Segeralah beristighfar jika ada terbersit dalam pikiran qt tentang
itu.
Kawan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Doa salah seorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak
tergesa-gesa, yaitu dengan mengatakan, ‘Aku telah berdoa namun tidak
dikabulkan’”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Jadi bersabarlah, tetap berhusnudzon kepada
Allah. Barangkali Allah hendak menghapuskan dosa2mu dengan memberimu beberapa
musibah. Barangkali Allah hendak menaikkan level ketaqwaanmu dengan member
ujian2 kehidupan. Barangkali Allah memberikan yang lebih baik bagimu daripada
yag kamu inginkan. Barangkali Allah hendak menghindarkanmu dari keburukan yang
mungkin akan terjadi jika do’amu dikabulkan. Allah Maha Tahu, sedangkan qt tidak tahu apa2.
Jadi ketika qt
telah mengupayakan waktu terbaik dan adab terbaik dalam berdo’a, maka yang
selanjutnya qt lakukan adalah ikhtiar dan tawakkal.
WaLlahu
A’lam bishowab